Senin, 24 Maret 2014

berita kaki gajah


Si Kaki Gajah Hidup Sebatangkara
 
Triana dan Fenny Febriana, Kamis(20/3) sekitar pukul 13.30 WIB mengunjungi Mbah Sami yang menderita penyakit kaki gajah pada kaki kananya. Di daerah kelurahan ekamarga kota lubuklinggau selatan II.
Mbah Sami (70) menderita penyakit kaki gajah sejak gadis. Penyakit yang diderita pada saat ia pulang dari merantau di Prabumulih dan Kelingi. Bermula dari kakinya terasa sakit, kemudian keluarganya membawa ia ke RS Sobirin, tindakan dokter terhadap dia hanya diberi perawatan biasa. Dokter tidak memberikan penjelasan tentang penyakit Mbah Sami. Karena keterbatasan biaya Mbah Sami dibawa pulang oleh keluarganya, tanpa disadari dengan berlangsungnya waktu kaki Mbah semakin membesar. Pendapat tetangga yang biasa dipanggil Mpok Atik “Sudah berobat dimana-mana tetapi tidak ada perubahan sama sekali yang ada malah membesar.”
Anak-anak Mbah Sami yang tak pernah peduli dengan keadaannya membuat putus asa sampai ia berkata “Untuk apa aku hidup di dunia kalau anak-anakku tak ada yang peduli, lebih baik aku disiksa di alam kubur daripada aku tersiksa di dunia. Semenjak mbah sami di tinggal suaminya sekitar 10 Tahun yang lalu, anak-anaknya tak ada yang peduli dengan keadaan Mbah Sami. Kekurangan ekonomi membuat ia harus bekerja keras sendiri untuk makan sehari-hari, walaupun terkadang ia merasakan sakit pada kakinya.
Sekian lama Mbah Sami hidup sendiri, tanpa ia sadari bukan hanya penyakit kaki gajah yang dideritanya, saat ia membuang air besar ataupun air kecil Mbah Sami merasakan sakit pada kelaminnya. Sejak itulah ia tak pernah bekerja lagi. Makan sehari-hari terkadang diberi oleh tetangga, Pak RT ataupun Pemerintah. Tetapi bantuan yang di berikan itu bagi Mbah Sami tak ada harganya, yang ia rindukan kasih sayang dari sosok anak-anaknya yang sampai saat ini tak ada kabar. Tak satupun anaknya yang ingin mengunjungi atau melihat keadaan ibunya yang hidup sendiri. Malangnya si ibu tua sebatangkara. Dimasa tua seharusnya merasakan kebahagiaan, tenang bersama anak-anak, tetapi semua itu tidak dirasakan oleh Mbah Sami.